M A K A L A H
KIAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI
MALUKU
DI SUSUN OLEH :
RESKA NURUL AINI LASARITA
NPM : 2012 12 040
KELAS : III.2 A (TULEHU)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
2014
Kata Pengantar
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kiat Pendidikan Matematika di Maluku”.Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas.
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Tulehu, 28 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Perkembangan Matematika
1.2 Keterbatasan Matematika
1.3 Manusia sebagai Wahana
Pendidikan
BAB II Hakikat Matematika
2.1. Definisi Matematika
2.2. Karakterisrik Matematika
2.3. Sistem dan Struktur dalam
Matematika serta Hakim Tertinggi Matematika
BAB III Matematika Sekolah
3.1. Definisi Matematika Sekolah
3.2. Tujuan Pendidikan Mateamtika
3.3.Pola Deduktif dan Induktif,
Abstrak – Konkrit dan Number Sense dan Symbol
Sense
BAB IV Nilai-nilai dalam Pendidikan
Matematika
4.1. Arah pembelajaran dan pengembangan
Peserta Didik
4.2. Aspek Kognitif, Apektif dan
Psikomotor dan Beberapa Nilai lainnya.
BAB V Kiat Guru Matematika
5.1. Melihat Masa Depan
5.2. Meningkatkan Kemampuan Diri
Guru
5.3. Strategi, Pendekatan, Metode
dan Teknik
BAB VI Tantangan Pendidikan Guru
6.1. Matematikawan dan Pendidikan
Matematika
6.2. Pendidikan Guru Matematika
BAB VII Tantangan Pendidikan Guru Matematika di Maluku
7.1. Tantangan dan Hambatan Guru
Matematika di Maluku
7.2. Solusi untuk Meningkatkan
Kualitas Guru dan Peserta Didik
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Section 1.01 Perkembangan Matematika
Perkembangan
matematika ini sangat berkaitan pada sejarah matematika itu sendiri.
Perkembangan ini dimulai dari perkembangan matematika sebelum abad 15-16,
perkembangan matematika abad 15-16, perkembangan matematika setelah abad 15-16.
Ø .
Perkembangan matematika sebelum abad 15-16
1)
Matematika Prasejarah (Prehistoric Mathematics)
Asal usul
pemikiran matematika terletak pada konsep angka, besar, dan bentuk. Konsep
angka juga telah berevolusi secara bertahap dari waktu ke waktu. Seperti halnya
pada zaman purba, berabad-abad sebelum Masehi, manusia telah mempunyai
kesadaran akan bentuk-bentuk benda di sekitarnya yang berbeda. Seperti batu
berbeda dengan kayu, pohon yang satu berbeda dengan pohon yang lain. Kesadaran
seperti ini yang menjadi bibit lahirnya matematika terutama pada geometri.
Itulah sebabnya geometri dianggap sebagai bagian matematika yang tertua.[1][1]
2)
Timut Dekat Kuno (Ancient Near East)
Mesopotamia (Matematika Babylonia)
Matematika
babylonia telah mengembangkan matematika dengan menuliskan tabel perkalian pada
tablet tanah liat, menangani latihan geometri, masalah pembagian serta mencakup
topik mengenai pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan perhitungan pasangan
berbalik nilai. Pada masa ini telah ditulis sistem angka sexagesimal
(basis-60). Dari sini berasal penggunaan modern dari 60 detik dalam satu menit,
60 menit dalam satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat dalam lingkaran, serta
penggunaan detik dan menit dari busur untuk menunjukkan pecahan derajat.[2][2]
Mesir (Matematika Mesir)
Teks
matematika yang paling luas adalah papirus Rhind (Papyrus Ahmes) yang berisi
tentang uraian belajar aritmatika, geometri, teori bilangan, dan persamaan
linier.[3][3]
Yunani (Matematika Yunani dan Helenistik)
Matematikawan
Yunani menggunakan logika untuk mendapatkan kesimpulan dari defenisi dan
aksioma dan digunakan ketelitian matematika untuk bukti mereka. Thales dari
Miletus adalah matematikawan pertama yang menerapkan penalaran deduktif pada
geometri.[4][4]
India
(Matematika India)
Cataan
tertua matematikawan India seperti The Sulba Sutra berisi lampiran
teks-teks agama yang memberikan aturan sederhana untuk membangun altar berbagai
bentuk, seperti kotak, persegi panjang, dan lain-lain. lampiran ini juga
memberi metode untuk membuat lingkaran dengan memberikan persegi yang luasnya
sama. Sedangkan catatan The Siddhanta Surya memperkenalkan fungsi
trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers, dan meletakkan aturan untuk
menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda langit. Madhava dari
Sangamagrama menemukan seri Madhava-Leibniz dan menghitung nilai π sebagai
3,14159265359.[5][5]
Matematika Islam (Abad Pertengahan)
Matematikawan
Persia, Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi sering disebut "bapak
aljabar" menulis beberapa buku metode untuk memecahkan persamaan aljabar.
Perkembangan lebih lanjut dalam aljabar dibuat oleh Al-Karaji dengan memperluas
metodologi untuk menggabungkan kekuatan dan akar integer-integer dari jumlah
yang tidak diketahui.[6][6]
Sedangkan
Omar Khayyam menulis Discussions of the Difficulties in Euclid, sebuah
buku tentang kelemahan dalam Euclid's Elements, terutama postulat paralel dan
meletakkan dasar untuk geometri analitik dan geometri non-Euclidean. Sharaf al-Din
al-Tusi memperkenalkan konsep fungsi dan dia adalah orang pertama yang
menemukan turunan dari polinomial pangkat tiga yang dikembangkan dari konsep
kalkulus diferensial.
3) Matematika Eropa Abad Pertengahan (Medieval
European Mathematics)
Abad Pertengahan Awal (Early Middle Ages)
Pada masa
ini, Boethius seorang matematikawan memasukkan matematika ke dalam kurikulum
ketika menciptakan quadrivium istilah untuk menggambarkan studi
aritmatika, geometri, astronomi, dan musik.
Kebangkitan Kembali (Rebirth)
Semenjak
buku Khawarizmi The Compendious Book on
Calculation by Completion and Balancing diterjemahkan dan teks lengkap
Euclid's Elements. Berdampak dengan banyaknya pembaruan dalam matematika.
Seperti halnya Fibonacci yang menulis dalam Abaci Liber.[7][7]
Ø Perkembangan
matematika abad 15-16
Perkembangan matematika hampir
berhenti antara abad keempat belas dan paruh pertama abad kelima belas. Karena
banyak faktor-faktor sosial menyebabkan situasi ini. Namun pada awal
pertengahan abad kelima belas terjadi perubahan secara bertahap.
Ø
Perkembangan matematika setelah abad 15-16
Pada abad
ke-17, Simon Stevin menciptakan dasar notasi desimal modern yang mampu
menggambarkan semua nomor, baik rasional atau tidak rasional. Gottfried Wilhelm
Leibniz di Jerman, mengembangkan kalkulus dan banyak dari notasi kalkulus masih
digunakan sampai sekarang.
Ahli matematika yang paling berpengaruh pada abad
ke-18 adalah Leonhard Euler. Kontribusinya berupa pendirian studi tentang teori
graph dengan Tujuh tangga dari masalah Königsberg untuk standardisasi banyak
istilah matematika modern dan notasi serta mempopulerkan penggunaan π sebagai
rasio keliling lingkaran terhadap diameternya. Selanjutnya Joseph Louis
Lagrange banyak memiliki karya pada matematika, seperti teori bilangan,
aljabar, kalkulus diferensial dan kalkulus variasi
Pada abad
ke-19, banyak matematikawan yang mengkaji berbagai bidang pada matematika.
Seperti Hermann Grassmann di Jerman memberikan versi pertama ruang vector,
William Rowan Hamilton di Irlandia mengembangkan aljabar noncommutative, George
Boole di Inggris merancang aljabar yang sekarang disebut aljabar Boolean
yang menjadi titik awal dari logika
matematika dan memiliki aplikasi penting dalam ilmu komputer, dan Georg Cantor
mendirikan dasar pertama dari teori himpunan.
Salah satu tokoh fenomenal dalam matematika abad ke-20 Srinivasa
Aiyangar Ramanujan, seorang otodidak India yang membuktikan lebih dari
3000 teorema. Termasuk sifat-sifat angka yang sangat komposit, fungsi partisi
dan asymptotics, dan fungsi theta. Dia juga membuat investigasi besar di bidang
fungsi gamma, bentuk modular, seri berbeda, seri hipergeometrik dan teori
bilangan prima. Perkembangan terakhir adalah pada tahun 2003 konjektur Poincaré diselesaikan oleh Grigori Perelman.
Section 1.02 Keterbatasan Matematika
Bahan Alkitab: Tawarikh
15:7
Keterbatasan
manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki
keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya
manusia. Manusia mampu membuat pesawat dengan teknologi yang sangat tinggi,
namun tetap saja ada kerusakan yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sehebat apapun, manusia tetap memiliki keterbatasan.
Memahami
keterbatasan manusia
Ketika Allah
menciptakan dunia beserta isinya, manusia diciptakan secara sempurna oleh Tuhan
sebagai makhluk yang mulia. Manusia dilengkapi dengan akal budi dan pikiran
yang sempurna. Namun, dalam perjalanan hidup selanjutnya, manusia tidak mampu
menjalani perintah yang telah diberikan oleh Tuhan, akhirnya manusia jatuh ke
dalam dosa. Dosa tidak hanya menjadi pelanggaran terhadap perintah Tuhan, tetapi
juga merupakan sikap pemberontakan manusia terhadap otoritas Allah. Sebagai
penerima mandat Allah, manusia tidak mampu menjalankan seluruh perintah Allah,
sehingga tetap berada dalam keterbatasannya.
Menyadari
bahwa setiap orang memiliki keterbatasan
Pemahaman
akan keterbatasan manusia membawa manusia pada sebuah kesadaran bahwa ia
terbatas. Tanpa adanya kesadaran tersebut, manusia tidak akan menyadari dirinya
yang sesungguhnya. Manusia harus berada pada sebuah pemikiran bahwa ia hanyalah
manusia terbatas yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Kelemahan dan
kekurangan yang dimiliki bukanlah sebuah halangan ataupun alas an bagi manusia
untuk berkarya dalam dunia ini.
Allah masih
memiliki rencana indah bagi setiap manusia, meskipun kita memiliki keterbatasan.
Manusia mempunyai potensi untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sesame, dan
ciptaanNya. Alkitab tidak mengakhiri kesaksianNya dan meninggalkan manusia
dalam kegelapan dan tidak berpengharapan. Alkitab menyaksikan bahwa ada
perdamaian dengan Allah. Allah tetap mengasihi manusia, asalkan mau memperbaiki
dan menyadari setiap keterbatasannya.
Section 1.03 Manusia sebagai Wahana Pendidikan
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta
didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.[8][1] Pendidikan,
seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks.[9][2] Karena
sifatnya yang kompleks itu, maka dalam penulisan ini hanya memfokuskan pada
Pendidikan dalam pengembangan potensi manusia untuk menjadi Sumber Daya Manusia
yang berkualitas. Manusia sejak lahir telah dibekali potensi dalam dirinya,
namun untuk mengembangkan potensi tersebut dibutuhkan yang namanya Pendidikan.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak hal baru yang perlu dipelajari
oleh manusia terutama pada bidang Ilmu Pengetahuan, seperti kemajuan Ilmu
Pegetahuan Teknologi dan Informasi, dan
itu akan dapat dipelajari melalui pendidikan. Adapun orang yang dapat
mempelajari secara otodidak tidak seefektif orang yang mempelajari melalui
disiplin ilmu secara khusus yang membahas bidang ilmu tersebut.
Sehingga mengapa pendidikan itu sangat penting bagi setiap orang, karena
pendidikan selain dapat membentuk kepribadian seorang individu, pedidikan juga
dapat melahirkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Demikian dengan sebuah
Negara, bidang utama yang dikembangkan itu ialah Pendidikan, karena yang
menentukan maju atau berkembangnya sebuah Negara salah satu faktornya adalah
pendidikan. Selain itu, pendidikan tidak hanya berlaku bagi anak didik,
pendidikan juga sangat perlu bagi pendidik. Jadi, fungsi pendidikan akan
terlihat sebagai wahana pembangunan Sumber Daya Manusia untuk menunjang masa
depan bangsa. Apalah arti kuantitas bila tak ada kualitas.
2. Pendekatan-
Pendekatan Dalam Teori Pendidikan
Dalam
mempeajari pendidikan sebagai suatu teori yang berisikan konsep-konsep, ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan-pendekatan dalam menyusun
teori pendidikan, terdiri dari pendekatan sains, pendekatan filosofi, pendekatan
religi, dan pendekatan multi disiplin.[10][1]
Ø Pendekatan Sains
Pendekatan sains dalam pendidikan (Science of education), yaitu suatu
pengkajian dengan menggunakan sains untuk mempelajari, menelaah, dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan. Adapun bebrapa jenis sains pendidikan yang
dihasilkan, diantaranya: Administrasi Pendidikan, merupakan cabang sains
pendidikan, sebagai aplikasi dari ilmu manajemen, dipengaruhi dan bersumber
dari hasil penelitian dalam bidang manajemen. Serta, Teknologi Pendidikan, sebagai
aplikasi dari sains dan teknologi, sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan
hasil penelitian dalam bidang teknologi. Henderson mengemukakan bahwa sains
pedidikan pada dasarnya ingin menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh melalui
eksperimen, analisis, pengukuran, perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan.
Jadi, kajian teori diatas dapat
dipahami bahwa pendidikan yang dikaji melalui sains merupakan aktifitas belajar
yang menggunakan metode penelitian dan mempunyai prosedur yang terencana dan
cermat, serta melakukan eksperimen-eksperimen ilmiah.
Ø Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu
pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah pendidikan dengan menggunakan
metode filsafat. Pengetahuan atau teori pendidikan yang dihasilkan dengan
pendekatan filosofis disebut filsafat
pendidikan. Menurut Henderson, filsafat pendidikan adalah filsafat yang
diterapkan/diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah pendidikan. Cara
kerja dan hasil-hasil filsafat dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan
masalah dalam kehidupan, dimana pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
penting dari kehidupan manusia.pendidikan membutuhkan filsafat, karena masalah
pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan
pendidikan semata. Masalah tersebut diantaranya tujuan pendidikan yang
bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia.
Ø Pendekatan Religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan berarti bahwa
suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau
konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadiakan landasan untuk melaksanakan
pendidikan. Ajaran religi yang berisikan kepercayaan dan nilai-nilai dalam
kehidupan dapat dijadikan sumber dalam
menentukan tujuanpendidikan, materi pendidikan, metode, bahkan sampai pada
jenis-jenis pendidikan. Metode yang digunakan dalam menyusun teori pendidikan
adalah tesis deduktif. Dikatakan tesis, karena bertolak dari dalil-dalil
atau aksioma-aksioma agama yang tidak dapat
kita tolak kebenaranya. Dikatakan deduktif
, karena teori pendidikan disusun dari prinsip-prinsip yang berlaku umum,
diterapkan untuk memikirkan masalah-masalah khusus. Sebagai contoh, teori
pendidikan islam berangkat dari Al-Quran, yang memberikan landasan pemikiran
yang berkaitan dengan manusia, siapa manusia, dari mana mausia dan mau kemana
manusia, serta harus bagaimana manusia berbuat dalam kehidupan di dunia ini.
Ø Pendekatan Multidisiplin
Untuk mempelajari suatu konsep yang komprehensif dan
menyeluruh dalam mempelajari pendidikan tidak bisa hanya dengan menggunakan
salah satu pendekatan atau disiplin saja. Misalnya hanya menggunakan psikologi,
sosiologi, filsafat, dan pendekatan religi. Jadi, pendekatan perlu dilakukan
adalah pendekatan yang terpadu. Pendekatan filosfi, pendekatan sains, pendekatan
religi, dan mungkin pendekatan seni, digunakan secara terpadu tidak berdiri
masing-masing secara terpisah.
Jadi, dari beberapa pendekatan mengenai teori
pendidikan diatas saling beruntutan dan tidak dapat dipisahkan karena saling
melengkapi dalam melakukan proses pendidikan serta sasaran dan tujuan dari
pendidikan itu sendiri.
3. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Mengenai sistem pendidikan di
Indonesia, banyak hal yang diatur dalam undang-undang, seperti wajib belajar 9
tahun, landasan dan asas pendidikan, hingga peranan pendidikan di Indonesia.
Berikut ini isi mengenai undang-undang sistem pendidikan di Indonesia:
1.
Menurut
UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan setiap
warga Negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai tamat SMP[11][2].
Jadi, dapat
dilihat dari isi undang-undang tersebut bahwa pemerintah Indonesia menyadari
betapa pentingnya pendidikan bagi bangsanya, sehingga menerapkanwajib belajar 9
tahun untuk anak-anak usia sekolah.
2.
Menurut
UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 telah
ditetapkan antara lain bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Selain itu pula dinyatakan dalam UU No. 2
Tahun 1989 bahwa “Dalam kehidupan suatu bangsa, dan pendidikan mempunyai
peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa yang bersangkutan.”[12][3]
Jadi, sudah
tergambar dengan jelas betapa pentingnya pendidikan itu bagi masa depan
seseorang ataupun masa depan suatu Negara. Masa depan suatu Negara dapat
dilihat dari lukisan pendidikan sekarang.
Batasan Dan Fungsi Pendidikan
Pendidikan
mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.kareana itulah, maka tidak
sebuah batasanpun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara
lengkap. Berikut ini babarapa batasan
pendidikan yang berbeda berdasarkan
fungsinya:
a.
Pendidikan
Sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai
proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah
berada dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Nilai-nilai kebudayaan mengalami
proses transformasi yang dibagi tiga bentuk transformasi yakni: pertama mengenai nilai-nilai yang masih
cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, dan rasa tanggung jawab. Kedua mengenai yang kurang cocok
diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawinan, dan ketiga mengenai yang tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks
yang dulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.
Jadi, proses
pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan budaya secara estafet.
Pendidikan justru mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok.
Jika sejak dini peserta didik diajarkan serta ditanamkan tentang budaya
kejujuran dan rasa tanggung jawab, maka hari esok mereka sudah mempunyai bekal
sebagai anak bangsa yang jujur.
b.
Pendidikan
Sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Proses
pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi merka
yang belum dawasa oleh mereka yang sudah dewasa, dan bagi mereka yang sudah
dewasa atas usaha sendiri. Yang kedua pendidikan diri sendiri. Kedua-duanya
bersifat alamiah dan dan menjadi keharusan. Seperti bayi yang baru lahir, dia
belum mempunyai kepribadian. Dia baru individu, untuk memiliki kepribadian maka
dia perlu bimbingan, latihan, dan pengalaman dalam pergaulan. Bagi mereka yang
sudah dewasa, tetap dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian
meningkat seiring dengan meningkatnya tantangan hidup. Dalam posisi manusia
sebagai makhluk serba terhubung, pembentukan pribadi meliputi pengembangan
penyesuaian diri terhadap lingkungan diri sendiri, dan terhadap Tuhan. Jadi,
melalui pendidikan tersebut manusia dapat mempunyai kepribadian yang dapat
menyesuaikan diri dan mandiri.
c.
Pendidikan
Sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan
juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta
didik agar menjadi warga Negara yang baik. Baik disini bsifat relative,
tergantung kepada tujuan nasional dari masing-masing bangsa, oleh karena
masing-masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda-beda. Bagi kita
warga Negara yang baik diartikan sebagai pribadi yang tahu hak dan kewajiban
sebagai warga Negara. Hal ini ditetapkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal
27, menyatakan bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hokum dan pemerintahan itu dengan tak
ada kecuainya. Ringkasnya, melalui pendidikan seorang inidvidu dapat menjadi
warga Negara yang baik, berlaku adil bagi dirinya dan orang lain, dalam hal ini
masalah pemberlakuan hukum tanpa pandang bulu.
d. Pendidikan
Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan
disini diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki
bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentuk sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting
dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
Kebenaran hal tersebut menjadi jelas bila melihat hal yang sebaliknya, yaitu
menganggur adalah musuh kehidupan. Karena dengan bekerja seseorang dapat
memenuhi kebutuhan hidup, serta tidak selalu bergantung pada orang lain. Bila
seseorang menganggur, hanya akan menjadi beban orang lain bahkan beban Negara.
Peran pendidikan disini sangat penting, karena melihat
perkembangan zaman sekarang yang sudah mengandalkan IT (Ilmu Teknologi), yang
dibutuhkan disini adalah tenaga manusia dalam mengoperasikan atau
menggerakannya. Jika seseorang tidak mempunyai pengetahuan dalam hal tersebut,
maka tidak akan sanggup memasuki dunia kerja yang layak. Kalau dihubungkan
dengan Negara, hal ini menggambarkan minimnya sumber daya manusia disuatu
Negara tersebut, dari sederetan Negara-negara maju di dunia, semuanya menguasai
IT sudah jelas menggambarkan kualitas dari sumber daya manusia di Negara tersebut.
Jadi, uraian diatas menunjukkan betapa pentingnya
pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang mampuh membawa Indonesia
kearah yang lebih baik. Pendidikan bukanlah satu-satunya faktor kemajuan
Indonesia, masih ada faktor lain seperti pemberantasan korupsi. Tetapi, tidak
boleh mengkambinghitamkan korupsi sebagai keterpurukan di Indonesia, karena
banyak Negara maju yang tingkat korupsinya sangat tinggi, seperti China. Namun,
China tetap maju meskipun tingkat korupsinya tinggi, itu karena kualitas dari
sumber daya manusia di China sangat berkualitas sehingga kualitas dari sumber
daya manusia ini dapat menutupi kekurangan dari China tersebut. Jadi, jika
kualitas sumber daya manusia ditingkatkan melalui pendidikan maka korupsi dapat
tertutupi. Penigkatan sumber daya manusia disini lebih ditekankan pada
penguasaan ilmu teknologi
Permasalahan Pendidikan
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya
manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama
dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
tantangan-tantangan baru yang dapat menimbulkan permasalahan dalam pendidikan.
Adapun permasalahan tersebut seperti masalah pemerataan pendidikan dan masalah
mutu pendidikan. Berikut ini pembahasan serta solusi penanggulangannya:
a.
Masalah
Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk
memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, maka harus membuka kesempatan
seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan merupakan
persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan,
sehingga pendidikanitu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia
untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih
banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tamping
dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang
tersedia.
Solusi dari permasalahan ini begitu banyak, seperti
yang sudah diterapkan ataupun sementara diterapkan oleh pemerintah, baik secara
konvensional ataupun inovatif. Cara yang ditempuh secara konvensional yakni;
membangun gedung sekolah atau ruang belajar, dan menggunakan gedung sekolah
untuk double shift (sistem bergantian
pagi dan sore). Adapun cara inovatif untuk membangkitkan kemauan belajar bagi
masyarakat yang kurang mampuh untuk menyekolahkan anaknya, antara lain; sistem
pamong (pendidikan oleh masyarakat, dan guru), SD kecil pada daerah terpencil,
sistem guru kunjung, SMP terbuka, kejar paket A dan B, serta belajar jarak
jauh, seperti Universitas Terbuka.[13][1]
b. Masalah Mutu
Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan
belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Mutu pendidikan dilihat dari
kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka
pertanyaannya adalah: apakah keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan
pribadi yang bertakwa, mandiri, dan berkarya, anggota masyarakat yang social
dan bertanggung jawab, warga Negara yang cinta tanah air dan memiliki rasa
kesetiakawanan sosial. Dengan kata lain apakah keluaran itu mewujudkan diri
sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan
lingkungannya. Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses
belajar yang bermutu. Artinya, bahwa pokok
permasalahan mutu pendidikan
lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran
proses pendidikan dijunjung oleh komponen pendidikan seperti peserta didik,
tenaga pendidik, dan kurikulum. Contoh, misalnya komponen sarana pembelajaran
sudah lengkap namun tidak didukung oleh guru-guru yang terampil maka sumbangan
sarana tersebut pada pencapaian tujuan tidak akan optimal.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi hal-hal yang bersifat
fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen. Seperti, pengembangan
kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan,
penataran, dan seminar. Kemudian penyempurnaan sarana belajar seperti buku
paket, media pembelajaran, dan peralatan laboratorium. Serta peningkatan
administrasi manajemen khususnya mengenai anggaran.[14][2] Kemudian,
dalam mencapai mutu pendidikan juga telah terdapat dalam kandungan kurikulum
Nasional yaitu pendidikan pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan
kewarganegaraan yang juga searah dengan tujuan pendidikan nasional dengan
terwujudnya bangsa yang cerdas, manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, terampil dan berpengetahuan, sehat
jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung
jawab pada kemasyarakatan dan kebangsaan[15][3].
Pendidikan
Berkualitas Bagi Anak Bangsa
Pendidikan
pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh
tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul
interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang
dicita-citakan dan berlangsung secara terus menerus[16][4]. Jadi,
Pendidikan disini tidak semata-mata suatu proses belajar yang berlangsung di
sekolah, tetapi pendidikan ini sudah berlangsung ketika seorang anak masih
kecil, karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama seorang anak,
sebagai awal pembentukan pribadi, dan sekolah adalah lembaga pendidikan kedua
sebagai penunjang untuk meningkatkan potensi seorang anak, serta masyarakat
sebagai lembaga pendidikan ketiga untuk mengenalkan anak kepada hal-hal yang
terjadi atau berlaku disekelilingnya yang dapat diwariskan dari generasi ke
generasi, seperti aturan-aturan, kebudayaan, dan adat-istiadat.
Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, maka
sudah semestinya orang tua mengajarkan anak-anaknya hal-hal baik dan memberi
contoh yang baik pula dalam kehidupan sehari-hari, karena seorang anak
cenderung meniru. Tahap selanjutnya, memberikan pendidikan melalui bangku
sekolah. Mengenai pendidikan di sekolah agar sesuai dengan tujuan pendidikan
itu sendiri, maka sebuah sekolah harus memanfaatkan fasilitas yang ada, dan
pemanfaatannya tepat sasaran sehingga mencapai efisiensi yang tinggi. Contoh,
adanya distribusi sarana pembelajaran di sebuah sekolah, serta adanya tenaga
yang mampu mengoperasikan atau mengaplikasikan sarana tersebut, berarti dapat
dikatakan efisien.
Kemudian, yang perlu diperhatikan adalah pendidik.
Jika ingin pendidikan tersebut berkualitas, maka pendidik yang ada di sekolah
atau lembaga pendidikan lainnya tersebut harus memiliki kemampuan, keahlian,
serta keterampilan baik dalam mengajar, memotivasi anak didik, maupun
penguasaan ilmu teknologi, minimal dapat mengoperasikan dasar-dasar computer.
Dalam artian, disini tidak hanya meningkatkan sumber daya manusia dalam hal
siswa, tetapi juga sumber daya manusia sebagai tenaga pendidik. Karena kualitas
seorang pendidik akan menentukan kualitas anak didiknya.
Isi pendidikan guru dan hal-hal yang harus ada dalam
diri seorang guru adalah keterampilan, etika, disiplin ilmiah (sesuai dengan
spesialisasi kemampuannya), membuat program yang mempadukan teori dan praktek
lapangan, menguasai teknologi, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat
dimana ia bekerja (suasana sosial).[17][5] Jadi, dalam
membangun pendidikan berkualitas bagi anak bangsa ialah memberikan pendidikan
dini yang baik di lingkungan keluarga, memberikan pendidikan yang layak melalui
bangku sekolah, serta memberikan peningkatan kualitas terhadap guru baik ilmu
maupun moral.
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin
tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian
dalam bidang pendidikan, berikut ini lima strategi dasar pendidikan dalam era
globalisasi:
1.
Pendidikan
untuk pengembangan iptek, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital,
seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2. Pendidikan
untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang
relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instrumen operasional
untuk berkiprah dalam gloalisasi.
3. Pendidikan
untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan
sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem
pendukung kehidupan manusia.
4. Pendidikan
untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, dan ideology demi
ketahanan social-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Pendidikan
untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepeplatihan, termasuk
pengelola sistem pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan
pemerataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara
keseluruhan.
Pengaruh
Pendidikan Bagi Pembangunan Sumber Daya Manusia
TANPA PENDIDIKAN,
DARI KECIL HINGGA TUA, AKAN HIDUP SEPPERTI INI.
|
Pendidikan
menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh sebab itu, pendidikan juga merupakan alur
tengah pembangunan dari seluruh sector pembangunan. Namun persepsi masyarakat
pada umumnya pembangunan itu hanya semata-mata dalam lingkup material atau
pembangunan fisik, seperti gedung jembatan, dan lain-lain. Pembangunan ekonomi
dan indstri mungkin dapat memenuhhi aspek tertentu dari kebutuhan, misalnya
kebutuhan sandang pangan. Kenyataan mmenunjukan bahwa banyak orang yang secara
material cukup mampu, tetapi secara spiritual menanggung banyak masalah.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun.
Pembangunan meliputi ikhtiar kedalam
diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani
yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap
lingkungannya, tekad hidup yang positif, serta keterampilan kerja.Hasil
penelitian di Negara maju umumnya menunjukkan adanya korelasi positif antara
tingkat pendidikan yang dialami seseorang dengan tingkat kondisi sosial
ekonominya. Semakin tinggi pendidikan tingkat pendidikan seseorang, semakin
baik kondisi social ekonominya. Jadi, hasil pendidikan dapat mnunjang
pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang usaha pendidikan.
Artinya suatu masyarakat yang makmur
tentu lebih dapat membiayai penyelenggaraan pendidikannya ke arah yang lebih
bermutu.[18][6]
BAB II
Hakikat Matematika
2.1 Definisi Matematika
Untuk dapat memahami
bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat memperhatikan pengertian
istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan para ahli berikut: Di
antaranya, Romberg
mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama.
Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun
kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin
yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika
dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu
sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? bagaimana cara
kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan matematika? Selain itu,
matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh
dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu
terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. (Jackson, 1992:750).
Ø Ernest melihat matematika sebagai
suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga premis sebagai berikut: i) The basis of mathematical knowledge is linguistic language,
conventions and rules, and language is a social constructions; ii)
Interpersonal social processes are required to turn an individual’s subjective
mathematical knowledge, after publication, into accepted objective mathematical
knowledge; and iii) Objectivity itself will be understood to be social. (Ernest, 1991:42). Selain Ernest, terdapat sejumlah tokoh yang
memandang matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial. Misalnya, Dienes mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan
diajarkan sebagai ilmu seni. (Ruseffendi, 1988:160).
Ø Bourne juga memahami matematika
sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu
pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda
dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana
pebelajar dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi
informasi dari tindakan hingga tujuan. (Romberg, T.A. 1992: 752).
Ø Kitcher lebih memfokuskan
perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. (Jackson, 1992:753).
Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa
(language) yang dijalankan oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements)
yang digunakan oleh para matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang
hingga saat ini belum terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk
menjelaskan pernyataan, dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih
luas matematika dipandang sebagai the science of pattern.
Sejalan dengan kedua
pandangan di atas, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya,
matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan
bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam
menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
Pengertian yang
lebih plural tentang matematika dikemukakan oleh Freudental (1991:1). Dia mengatakan bahwa “mathematics
look like a plural as it still is in French Les Mathematiques .Indeed, long ago
it meant a plural: four arts (liberal ones worth being pursued by free men).
Mathematics was the quadrivium, the sum of arithmetic, geometry astronomy and
music, held in higher esteem than the (more trivial) trivium: grammar, rhetoric
and dialectic. …As far as I am familiar with languages, Ducth is the only one
in which the term for mathematics is neither derived from nor resembles the
internationally sanctioned Mathematica. The Ducth term was virtually coined by
Simon (1548-1620): Wiskunde, the science of what is certain. Wis en zeker, sure
and certain, is that which does not yield to any doubt, and kunde means,
knowledge, theory. . Dari sisi abstraksi matematika, Newman melihat tiga ciri utama
matematika, yaitu; 1) matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat, 2)
matematika berkembang dan digunakan lebih luas dari pada ilmu-ilmu lain, dan 3)
matematika lebih terkonsentrasi pada konsep. (Jackson, 1992:755).
Selanjutnya,
pendapat para ahli mengenai matematika yang lain, di antaranya telah muncul
sejak kurang lebih 400 tahun sebelum masehi, dengan tokoh-tokoh utamanya Plato
(427–347 SM) dan seorang muridnya Aristoteles (348–322 SM). Mereka mempunyai
pendapat yang berlainan. Plato berpendapat, bahwa matematika adalah identik dengan filsafat untuk
ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk
keperluan lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal.
Ia mengadakan perbedaan antara aritmetika (teori bilangan) dan logistik (teknik
berhitung) yang diperlukan orang. Belajar aritmetika berpengaruh positif karena
memaksa yang belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian
matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas mental abstrak pada
objek-objek yang ada secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai
representasi yang bermakna. Plato dapat disebut sebagai seorang rasionalis. Aristoteles mempunyai pendapat
yang lain. Ia memandang matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang
membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik, matematika, dan
teologi. Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan
yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi. Aristoteles dikenal
sebagai seorang eksperimentalis. (Moeharti Hadiwidjojo dalam F. Susilo, S.J.
& St. Susento, 1996:20).
Sedangkan matematika
dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution (1982:12) yang diuraikan dalam bukunya, bahwa istilah matematika
berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari.
Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya
yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa
Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang
belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).
Sedangkan orang Arab, menyebut matematika
dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti ilmu berhitung. Di Indonesia, matematika
disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung. Sebagian orang Indonesia memberikan
plesetan menyebut matematika dengan “matimatian”, karena sulitnya mempelajari
matematika. (Abdusysyakir, 2007:5). Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan
satu cabang matematika elementer yang disebut aritmetika atau ilmu hitung yang
secara informal dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang
bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, – 2, …, dst,
melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.
Matematika secara
umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang;
tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan
angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang
menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika;
pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.(www.wikipedia.org)
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan
sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan
Alwi, 2002:723)
Pernah dalam suatu
diskusi ada pertanyaan “unik”. Apa kepanjangan dari Matematika? Dalam benak
saya, masak ada kepanjangan Matematika, selama ini yang diketahui kebanyakan
orang, Matematika adalah tidak lebih dari sekedar ilmu dasar sains dan
teknologi yang tentunya bukan merupakan singkatan. Setelah berpikir agak lama
hampir mengalami kebuntuan dalam berpikir, akhirnya narasumber menjelaskan,
bahwa Matematika memiliki kepanjangan dalam 2 versi. Pertama, Matematika
merupakan kepanjangan dari MAkin TEkun MAkin TIdak
KAbur, dan kedua adalah MAkin TEkun MAkin TIdak KAruan.
Dua kepanjangan tersebut tentunya sangat berlawanan.
Untuk kepanjangan
pertama mungkin banyak kalangan yang mau menerima dan menyatakan setuju. Karena
siapa saja yang dalam kesehariannya rajin dan tekun dalam belajar matematika
baik itu mengerjakan soal-soal latihan, memahami konsep hingga aplikasinya maka
dipastikan mereka akan mampu memahami materi secara tuntas. Karena hal tersebut
maka semuanya akan menjadi jelas dan tidak kabur. Berbeda dengan kepanjangan
versi kedua, tidak dapat dibayangkan jika kita semakin tekun dan ulet belajar
matematika malah menjadi tidak karuan alias amburadul. Mungkin kondisi ini
lebih cocok jika diterapkan kepada siswa yang kurang berminat dalam belajar
matematika (bagi siswa yang memiliki keunggulan kecerdasan di bidang lainnya)
sehingga dipaksa dengan model apapun kiranya agak sulit untuk dapat memahami
materi matematika secara tuntas dan lebih baik mempelajari bidang ilmu lain
yang dianggap lebih cocok untuk dirinya dan lebih mudah dalam pemahamannya.
Berpijak pada uraian
tersebut, menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai
berikut, di antaranya:
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
2. Matematika sebagai alat (tool).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalammencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalammencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Matematika sebagai pola pikir
deduktif.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
4. Matematika sebagai cara bernalar
(the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
5. Matematika sebagai bahasa
artifisial.
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
6. Matematika sebagai seni yang
kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Ada yang berpendapat lain tentang matematika yakni pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis, teratur, dan eksak. Matematika adalah angka-angka dan perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problem-problem numerik. Matematika membahas faka-fakta dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang dan waktu. Matematika adalah queen of science (ratunya ilmu). (Sutrisman dan G. Tambunan, 1987:2-4)
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Ada yang berpendapat lain tentang matematika yakni pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis, teratur, dan eksak. Matematika adalah angka-angka dan perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problem-problem numerik. Matematika membahas faka-fakta dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang dan waktu. Matematika adalah queen of science (ratunya ilmu). (Sutrisman dan G. Tambunan, 1987:2-4)
Berdasarkan pelbagai
pendapat tentang definisi dan deskripsi matematika di atas, kiranya dapat
dijadikan sebagai bahan renungan bagi kita seorang Muslim – terutama bagi pihak
yang masih merasa memiliki anggapan “sempit” mengenai matematika. Melihat
beragamnya pendapat banyak tokoh di atas tentang matematika, benar-benar
menunjukkan begitu luasnya objek kajian dalam matematika. Matematika selalu
memiliki hubungan dengan disiplin ilmu yang lain untuk pengembangan keilmuan,
terutama di bidang sains dan teknologi. Bagi guru, dengan memahami hakikat
definisi dan deskripsi matematika –sebagaimana tersebut di atas- tentunya
memiliki kontribusi yang besar untuk menyelenggarakan proses pembelajaran
matematika secara lebih bermakna. Diharapkan, matematika, tidak lagi dipandang
secara parsial oleh siswa, guru, masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka
dapat memandang matematika secara “jujur” (baca: utuh) yang pada akhirnya dapat
memacu dan berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia demi kemajuan sains
dan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Lebih-lebih
membawa dampak positif bagi umat Muslim, sehingga dapat merasakan kembali
bagaimana peradaban Islam dapat menjadi rahmatan
lil ‘alamin. [ahf]
2.2 Karakterisrik Matematika
Ciri utama matematika
adalah sebagai berikut:
a.
Berpola pikir Deduktif namun
pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui
pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.
b.
Memiliki Kajian Objek Abstrak.
c.
Bertumpu Pada Kesepakatan.
d.
Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti.
Rangkaian simbol-simbol dapat membentuk model matematika.
e.
Memperhatikan Semesta Pembicaraan.
Konsekuensi dari simbol yang kosong dari arti adalah diperlukannya kejelasan
dalam lingkup model yang dipakai.
f.
Konsisten Dalam Sistemnya. Dalam
matematika terdapat banyak sistem. Ada yang saling terkait dan ada yang saling
lepas. Dalam satu sistem tidak boleh ada kontradiksi. Tetapi antar sistem ada
kemungkinan timbul kontradiksi.
2.3 Sistem dan Struktur dalam Matematika serta Hakim Tertinggi Matematika
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada
kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah dan memprediksi
peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan
ketiga pembagian umum bidang matematika: studi tentang struktur, ruang dan
perubahan.
Pelajaran tentang struktur dimulai dengan bilangan,
pertama dan yang sangat umum adalah bilangan natural dan bilangan bulat dan
operasi arimetikanya, yang semuanya itu dijabarkan dalam aljabar dasar.
Ilmu tentang ruang berawal dari geometri, yaitu
geometri Euclid dan trigonometri dari ruang tiga dimensi, kemudian belakangan
juga digeneralisasi ke geometri Non-euclid yang memainkan peran sentral dalam
teori relativitas umum. Mengerti dan mendeskripsikan perubahan pada kuantitas
yang dapat dihitung adalah suatu yang biasa dalam ilmu pengetahuan alam, dan
kalkulus dibangun sebagai alat untuk tujauan tersebut. Konsep utama yang
digunakan untuk menjelaskan perubahan variabel adalah fungsi. Banyak
permasalahan yang berujung secara alamiah kepada hubungan antara kuantitas dan
laju perubahannya, dan metoda untuk memecahkan masalah ini adalah topik dari
persamaan differensial. Untuk merepresentasikan kuantitas yang kontinu
digunakanlah bilangan riil, dan studi mendetail dari sifat-sifatnya dan sifat
fungsi nilai riil dikenal sebagai analisis riil. Untuk beberapa alasan, amat
tepat untuk menyamaratakan bilangan kompleks yang dipelajari dalam analisis
kompleks.
Agar menjelaskan dan menyelidiki dasar matematika,
bidang teori pasti, logika matematika dan teori model dikembangkan.
Bidang-bidang penting dalam matematika terapan ialah statistik, yang
menggunakan teori probabilitas sebagai alat dan memberikan deskripsi itu, analisis
dan perkiraan fenomena dan digunakan dalam seluruh ilmu.
BAB III
Matematika
Sekolah
3.1 Definisi Matematika Sekolah
Matematika sekolah adalah
matematika yang diajarkan disekolah yaitu matematika yang diajarkan di
pendidikan dasar (SD & SMP) dan Pendidikan Menengah (SMU & SMK). Hal
ini berarti, bahwa yang dimaksud dengan kurikulum Matematika adalah Kurikulum
pelajaran Matematika yang diberikan di jenjang pendidikan menengah kebawah,
bukan diberikan dijenjang pendidikan tinggi.
Matematika sekolah terdiri
atas bagian – bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan
– kemampuan dan membentuk peribadi serta berpandu pada perkembangan IPTEK. Hal
ini menunjukan bahwa Matematika Sekolah tetap memiliki ciri – ciri yang
dimiliki matematika yaitu memiliki objek kejadian yang abstrak serta berpola
piker Deduktif, Konsisten.
3.2 Tujuan Pendidikan Mateamtika
Adapun tujuan dari
pendidikan matematika adalah sebagai
berikut:
1.
Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3.
Mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah.
4.
Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
3.3 Pola Deduktif dan Induktif, Abstrak – Konkrit dan Number Sense dan Symbol sense
- Pola deduktif
Pola dedutif yaitu suatu cara
berpikir di mana pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola
berpikir silogismus yang secara sederhana digambarkan sebagai penyusunan dua
buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus
disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
berdasarkan kedua premis tersebut (Suriasumantri, 1988: 48-49).
Dengan kata lain, penalaran deduktif
adalah kegiatan berpikir yang merupakan kebalikan dari penalaran induktif.
Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran deduktif adalah :
Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup (Premis mayor)
Joko adalah seorang makhluk hidup (Premis minor)
Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahankan hidupnya (kesimpulan).
Kesimpulan yang diambil bahwa Joko
juga perlu makan untuk mempertahankan hidupnya adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang
mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar harus dikembalikan kepada
kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang
mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga
adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun kedua premisnya
benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya tidak sah. Ketepatan kesimpulan
bergantung pada tiga hal yaitu kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor,
dan keabsahan penarikan kesimpulan
2. Pola Induktif
Pola Induktif dimana cara berpikir
dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada
sebuah permasalahan mengenai benyaknya kasus yang harus kita amati sampai
kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Misalnya, jika kita ingin
mengetahui berapa penghasilan rata-rata perbulan petani
kelapa sawit di Kabupaten Paser, lantas bagaimana caranya kita mengumpulkan
data sampai pada kesimpulan
tersebut. Hal yang paling logis
adalah melakukan wawancara terhadap seluruh petani kelapa sawit yang ada di
Kabupaten Paser. Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan
memberikan kesimpulan mengenai penghasilan rata-rata perbulan petani
kelapa sawit tersebut di Kabupaten Paser, tetapi kegiatan ini tentu saja
akan menghadapkan kita kepada kendala tenaga, biaya, dan waktu.
Untuk berpikir induktif dalam bidang
ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu
rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles (Tim Dosen
Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan proses penalaran sebagai berikut :
- mengumpulkan fakta-fakta khusus.
Pada langkah ini, metode yang
digunakan adalah observasi dan eksperimen. Observasi harus dikerjakan seteliti
mungkin, sedangkan eksperimen dilakukan untuk membuat atau mengganti obyek yang
harus dipelajari.
2. perumusan hipotesis.
Hipotesis merupakan dalil atau
jawaban sementara yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai
petunjuk bagi penelitian lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus memenuhi syarat,
diantaranya dapat diuji kebenarannya, terbuka dan sistematis sesuai dengan
dalil-dalil yang dianggap benar serta dapat menjelaskan fakta yang dijadikan
fokus kajian.
3. mengadakan verifikasi.
Hipotesis merupakan perumusan dalil
atau jawaban sementara yang harus dibuktikan atau diterapkan terhadap
fakta-fakta atau juga diperbandingkan dengan fakta-fakta lain untuk diambil
kesimpulan umum. Proses verifikasi adalah satu langkah atau cara untuk membuktikan
bahwa hipotesis tersebut merupakan dalil yang sebenarnya. Verifikasi juga
mencakup generalisasi untuk menemukan dalil umum, sehingga hipotesis tersebut
dapat dijadikan satu teori.
4. perumusan teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil verifikasi.
Hasil akhir yang diharapkan dalam
induksi ilmiah adalah terbentuknya hukum ilmiah. Persoalan yang dihadapi adalah
oleh induksi ialah untuk sampai pada suatu dasar yang logis bagi generalisasi
dengan tidak mungkin semua hal diamati, atau dengan kata lain untuk menentukan
pembenaran yang logis bagi penyimpulan berdasarkan beberapa hal untuk
diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk diterapkan bagi semua hal harus
merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya dengan hipotesis adalah lebih
tinggi.
Abstrak
– Konkrit
Banyak cara yang bisa dilakukan guru
untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika. Salah satunya adalah
menunjukkan matematika yang abstrak kepada siswa agar bisa dinikmati dan
dilihat siswa melalui pengaplikasian teori matematika dalam kehidupan sehari
hari.
Mengajarkan matematika yang
aplikatif kepada siswa, agar menjadi pelajaran yang mudah dipahami, bukanlah
perihal gampang. Selain memerlukan kemauan diri pribadi siswa untuk belajar
matematika, dukungan dari orangtua dan guru sangatlah penting. Orangtua dapat
memberi dukungan moral maupun materil kepada anaknya sedangkan guru
matematika harus kreatif cara mengajarnya untuk menarik perhatian siswa dalam
belajar matematika.
Tanpa disadari, teknologi yang
dinikmati siswa setiap hari adalah produk dari penerapan teori matematika,
komputer salah satunya. Komputer merupakan perangkat elektronik yang
menggunakan operasi matematika dalam menerjemahkan perintah. Sementara itu,
komputer bisa membaca data dalam bentuk bilangan biner yang notabene bisa dihitung
dalam mata pelajaran kalkulus. Hal ini bisa menjadi acuan guru dalam memberi
stimulus dan menarik perhatian siswa sebelum mengajar tentang kalkulus di depan
kelas bahwa dengan mempelajari bab ini siswa akan mampu menguasai bahasa yang
digunakan komputer untuk membaca data. Siswa akan merasa tertantang untuk
memahami bilangan biner ini sebagai bahasa komputer yang mereka sukai dan
gunakan sehari-hari.
Contoh lain dari pembelajaran
matematika dengan pendekatan konkret adalah ketika seorang guru mengajarkan
pelajaran statistika. Biasanya guru langsung memberi rumus-rumus mengenai
statistika tanpa contoh konkrit dalam kehidupan sehari hari. Siswa hanya
dituntut mampu menghitung statistik suatu data melalui rumus yang telah
diberikan. Ini menunjukkan bahwa tidak ada pengujian dalam bentuk analisis
terhadap kemampuan siswa. Siswa hanya melakukan operasi perhitungan seperti
biasa. Padahal, guru bisa mengaitkan materi ini ke dalam kehidupan sehari-hari
seperti perhitungan cepat suatu pemilihan umum. Setelah memahami bab
statistika, guru bisa menguji melalui perhitungan cepat sederhana di sekolah
mereka. Mereka tidak harus melakukan ulangan tertulis di dalam kelas. Cukup
dengan instruksi perhitungan cepat pemilihan ketua kelas, siswa bisa
menerapkan semua teori–teori statistika yang mereka pelajari. Secara tidak
langsung, guru telah menguji banyak kompetensi dasar dari kemampuan belajar
siswa. Seperti, bagaimana siswa mengumpulkan data, menghitung data, dan
menganalis data. Siswa akan merasa nyaman dengan pengujian seperti ini karena
mereka terjun langsung ke lapangan dan melakukan tindakan konkret untuk materi
ini.
Pengaitan materi matematika dalam
kehidupan sehari-hari akan memudahkan siswa memahami matematika sebagai
pelajaran yang konkret. Strategi ini akan sangat membantu untuk mengubah
persepsi siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran abstrak. Guru harus
bisa membiasakan diri mengajar dengan menghubungkan materi matematika dengan
kehidupan sehari-hari agar siswa mampu menyerap dan menerapkan teori tersebut
ke kehidupan nyata. Selain itu, siswa juga akan lebih tertarik mendalami
matematika sebagai suatu cabang ilmu yang ilmiah dan berguna.
Number
Sense dan Symbol Sense
Dalam menentukan materi
matematika untuk setiap
jenjang sekolah akan lebih baik jika dipahami benar materi
matematika yang dapat dipandang
sebagai titik peralihan. Tentu saja hal tersebut terkait
erat dengan tujuan institusional yang ditetapkan untuk dieapai. Namun tidaklah mudah
terlihat materi yang dapat dipandang
sebagai titik peralihan.
Banyak mahasiswa dan mahasiswi
pendidikan tinggi yang tidak
menyadari materi matematika yang merupakan titik peralihan dari "aljabar" ke "kalkulus" meskipun
telah terampil menyelesaikan soal kalkulus.
Dalam pelajaran kalkulus
jelas nanyak dijumpai
bentuk-bentuk aljabar seperti
fungsi, polinom atau suku
banyak, dan sebagainya. Tetapi
kalkulus sendiri berbieara
tentang pendekatan-pendekatan
suatu nilai yang diawali dengan
bagian hitung differensial. Ini hanya mungkin bila ada materi peralihan yang menjembatani bagian
matematika yang saru dengan bagian
matematika yang lain, guru
dapat mengatur pembelajarannya
dengan lebih berhati-hati.
Bagaimana dengan
"Aritmetika" dan
"Aljabar"? Aritmetika dan aljabar
yang dimaksud adalah yang
menjadi inti pelajaran matematika
di jenjang pendidikan dasar,
bukan dalam arti yang lebih
tinggi seperti "aritmetika transfinit" ataupun
"aljabar abstrak".
Dalam
aritmetika lebih ditekankan pada sifat-sifat bilangan.
Pad a aljabar, meskipun masih didominasi oleh penggunaan bilangan,
sudah banyak digunakan simbol-simbol yang tidak langsung berupa
bilangan. Nah, adakah materi atau obyek matematika
yang menjadi titik peralihan dari aritmetika ke aljabar?
Obyek matematika yang dapat
dipandang sebagai titik peralihan dari aritmetika ke aljabar
adalah "variabel" atau sering juga disebut "peubah".
Variabel atau peubah
adalah suatu simbol atau tanda
yang belum menunjukkan anggota tertentu
dari suatu himpunan. Himpunan
yang dimaksud biasanya masih hanya
himpunan bilangan. Notasi atau penulisan variabel
itu dapat beranekaragam.
Pada tahap awal tidak perlu langsung
menggunakan huruf, tetapi
dapat berupa tanda, misalnya atau
atau .... , yang dapat
diucapkan dengan kata "berapa"? Setelah
siswa memahami kegunaan tanda-tanda
itu barulah diubah menjadi
huruf n, m, x, y, dan sebagainya.
Penggunaan huruf sebagai variabel
akan semakin banyak dalam
pelajaran aljabar di SMP, yang umumnya
masih terbatas diartikan bilangan
yang belum tertentu atau belum diketahui.
Jadi, pada jenjang sekolah
dasar penekanan materi pada aritmatika. Akan tetapi,
karena pengetahuan tentang bilangan
tidak selalu dikaitkan
dengan operasi atau pengerjaan hitung, digunakan istilah
"number sense" atau
"pemahaman bilangan" atau "kepekaan atas bilangan". Dengan
demikian number sense meliputi hitung
menghitung dan penggunaan bilangan
yang tidak perlu dijumlah ataupun
dikurangi dan sebagainya.
Penggunaan
bilangan tanpa pengerjaan
hitung itu dapat dijumpai pada
pemberian nomor rumah, nom or
telepon, mementukan perkiraan
tertentu dan lain-lain. Kegiatan
yang melibatkan penggunaan bilangan
seperti itu belum banyak muncul
di kurikulum MI. Kalau di MI
penekanan kepada "number
sense" maka di MTS atau SMP penekanan kepada "symbol sense" karena
simbol-simbol yang tidak
selalu berarti bilangan itu banyak digunakan dalam
matematika di MTS. Bagian ini
merupakan pendasaran matematika yang teramat penting
karena dengan aneka
ragamnya semesta memungkinkan matematika digunakan
di berbagai bidang kerja atau keilmuan. Penekanan
semacam itu diperkirakan masih akan terpakai dalam
kurikulum MI maupun MTs yang akan berlaku cukup lama.
BAB IV
Nilai-nilai
dalam Pendidikan Matematika
4.1. Arah pembelajaran dan pengembangan
Peserta Didik
Salah satu nilai matematika yang diajarkan di sekolah yang
terpenting adalah kegunaannya dalam kehidupan riil. Dengan menunjukkan
keterkaitan matematika dengan kejadian-kejadian dalam dunia nyata, maka
matematika akan dirasakan lebih bermanfaat. Oleh karena itu, salah satu sasaran
pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan
matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar Matematika lebih giat.
Apabila kemampuan siswa masih di seputar bagaimana melakukan
perhitungan yang benar, bagaimana menyelesaikan soal-soal yang diujikan dalam
ujian nasional (UN) yang tentunya didominasi dengan pertanyaan seputar
perhitungan dan prosedural ansich, dan yang lebih parah kemampuan matematika
siswa hanya didasarkan atas hasil akhir dalam lembar jawaban, maka harapan akan
meningkatnya kualitas dan mutu kemampuan siswa di bidang matematika horisonal
nampaknya masih harus berjuang keras untuk dapat terwujud. Pembelajaran
matematika yang tidak membumi seperti ini tidak akan cukup untuk membawa
generasi bangsa dalam menjawab tantangan dan persaingan global.
Terkait hal ini, Ipung Yuwono (2005:1) menawarkan model
pembelajaran matematika secara membumi (PMB). Model ini diilhami karena selama
ini, pembelajaran matematika banyak dipengaruhi oleh pandangan yang menganggap
matematika sebagai alat bantu untuk pengetahuan lainnya yang mengakibatkan pola
pembelajaran matematika menjadi terpusat pada guru. Guru yang baik adalah guru
yang banyak menjelaskan konsep atau algoritma dengan gamblang dan memberikan
cara penyelesaian soal-soal dengan cara singkat dan cepat. Proses untuk
mendapatkan konsep atau rumus tidak penting, yang utama adalah siswa dapat
memperoleh hasil akhir dengan tepat. Pembelajaran demikian lebih menekankan
pada “mindless drill” lebih mementingkan keterampilan prosedural dan
meminggirkan pemahaman konsep.
Pembelajaran matematika secara membumi (PMB) yang digagas
Yuwono (2005) merupakan desain pembelajaran yang mengacu pada konstruktivisme
dan mengurangi beberapa kelemahan yang ada dalam pembelajaran yang mengacu pada
konstruktivisme. Bentuk modifikasi adalah dengan menambahkan satu langkah pada
empat langkah pembelajaran matematika yang mengacu pada pembelajaran matematika
realistik. Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik adalah sebagai
berikut: 1) Memahami masalah kontekstual, 2) Menyelesaikan masalah
konstekstual, 3) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan 4) Menyimpulkan.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran matematika dalam
pembelajaran matematika secara membumi (PMB) adalah sama dengan langkah pada
pembelajaran matematika realistik, namun masih ditambah lagi satu langkah
kelima, yakni latihan keterampilan prosedural. Keterampilan prosedural ini
dimaksudkan sebagai latihan siswa untuk menginternalisasikan rumus atau
algoritma yang diperoleh pada saat pematematikaan vertikal. Dalam PMB,
keterampilan prosedural ini diberikan setelah konsep didapat oleh siswa dan
juga diwujudkan dalam bentuk tugas rumah yang berupa latihan mengerjakan
soal-soal yang telah menjadi rutinitas siswa (Yuwono, 2005).
Dengan demikian, jika pembelajaran matematika dilakukan
dengan pendekatan matematika realistik yang ditambahn dengan latihan
keterampilan prosedural, maka diharapkan dapat memberikan dampak positif.
Dampak positif yang dimaksud adalah berorientasi ganda, yakni memahami
matematika secara konsep, memiliki kemampuan untuk bernalar dan pemecahan
masalah dan memiliki keterampilan prosedural.
4.2. Aspek Kognitif, Apektif dan
Psikomotor dan Beberapa Nilai lainnya.
A. Ranah Kognitif
Tujuan
kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi.yang
meliputi 6 tingkatan:
1. Pengetahuan (Knowledge), yang
disebut C1
Menekan
pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa
yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan
simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta,
keterampilan dan prinsip-prinsip
2. Pemahaman (Comprehension), yang
disebut C2
Tingkatan yang paling rendah dalam
aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu.
Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila
mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu
menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
3. Penerapan (Aplication), yang disebut
C3
Kemampuan
kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka
berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara
tepat ketika mereka diminta untuk itu.
4. Analisis (Analysis), yang disebut C4
Kemampuan
untuk memilah sebuah informasi ke dalam komponen-komponen sedemikan hingga
hirarki dan keterkaitan anta ride dalam informasi tersebut menjadi tampak dan
jelas.
5. Sintesis (Synthesis) , yang disebut
C5
Kemampuan
untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang
unik dan system. Dalam matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian dan
pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk
mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang
sebelumnya.
Kegiatan
membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara, atau metode.
Evaluasi dapat memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman
yang lebih baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam analisis atau
sisntesis.
B. Ranah Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa, sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya. Bila seseorang
memiliki penguasaan kognitif yang tinggi, ciri-ciri belajar efektif akan tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Misalnya; perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa kategori dalam ranah afektif
sebagai hasil belajar; (a) Receiving/ attending/ menerima/ memperhatikan. (b)
Responding/ menanggapi. (c) Valuing/ penilaian. (d) Organization/ Organisasi.
(e) Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai atau
internalisasi nilai.
Receiving/
attending/ menerima/ memperhatikan adalah semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan
untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
Receiving juga diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu
kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar
mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mereka
mempunyai kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasi
diri dengan nilai itu.
Responding/
menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif atau
kemampuan menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan
dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya
dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan
dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. Valuing/
penilaian, menilai atau menghargai artinya memeberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu
idak dikerjakan kan memebrikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan mereka
telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena baik atau buruk.
Organization/
Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi,
termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan prioritas
nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep
tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain. Characterization by a
value or value complex/ karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai
telah menempati tempat tertinggi dalam hierarki nilai.
Bentuk-bentuk aktivitas dalam
pembelajaran matematika
1) Menerima: Siswa menanyakan
perbandingan perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai.
2) Menanggapi: Siswa mengerjakan soal
yang diberikan guru tentang perbandingan senilai.
3) Menilai: Siswa melengkapi jawaban temannya
yang di tampilkan di depan kelas.
4) Mengelola: Siswa dapat mengubah
bilangan persen ke bentuk decimal.
5) Menghayati: Siswa melengkapi
catatan matematikanya serta membuat tugas yang diberikan guru.
C. Ranah Psikomotor
Ranah
Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Adapun kategori dalam ranah psikomotor; (a) Peniruan, (b) Manipulasi, (c)
Pengalamiahan, (d) Artikulasi.
Struktur
dari taksonomi Bloom (setelah di revisi)
A.Struktur
dari dimensi proses kognitif.
1.
Mengingat
Dapat
mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama
2.
Mengerti
Membangun
makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik
komunikasi, termasuk di dalamnya:
a.
Interpreting (menerjemahkan)
b. Exemplifying (Mencontohkan)
c.
Classifying ( Mengklasifikasikan)
d. Summarizing (Meringkas)
e.
Inferring (Menyimpulkan)
f.
Comparing Membandingkan)
g. Explaining (Menjelaskan)
3.
Menerapkan
Melaksanakan
atau menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu
4.
Menganalisis
Kemampuan
seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara
bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya.
5.
Mengevaluasi
Kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau
mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar
6.
Berkreasi
Kemampuan
menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional,
mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya:
a.
Generating (hipotesa)
b. Planning (Perencanaan)
c.
Producing ( Penghasil)
Kata
Operasional dari dimensi proses taksonomi Bloom
•
Mengingat - Mengenali, daftar,
menjelaskan, mengidentifikasi, mengambil, penamaan, mencari, menemukan
•
Memahami - meringkas, menyimpulkan,
parafrase, mengklasifikasi, membandingkan, menjelaskan, mencontohkan
•
Menerapkan - Menerapkan,
melaksanakan, menggunakan, melaksanakan
•
Menganalisis - Membandingkan,
mengorganisir, dekonstruksi, menghubungkan, menguraikan, menemukan, penataan,
mengintegrasikan
•
Mengevaluasi - Memeriksa,
hypothesising, mengkritisi, percobaan, penilaian, pengujian, Mendeteksi,
Monitoring
•
Menciptakan - merancang, membangun,
perencanaan, menghasilkan, menciptakan, merancang, membuat
Jika
isi adalah subjek-materi yang spesifik maka akan memerlukan banyak taksonomi
karena ada materi (misalnya, satu untuk ilmu pengetahuan, satu untuk sejarah,
dll). Kemudian, jika isi dianggap ada di luar siswa, maka timbul
permasalahan bagaimana untuk mendapatkan isi dalam siswa. Ketika isi di dalam
siswa, itu menjadi pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Transformasi ini
pengetahuan diperoleh melalui proses-proses kognitif yang digunakan oleh siswa.
Sehingga dibedakan atas 4 jenis pengetahuan
1. Pengetahuan faktual (Factual
Knowledge)
Yaitu
elemen dasar dimana siswa harus tahu akan berkenalan dengan disiplin atau
memecahkan masalah di dalamnya. Termasuk di dalamnya pengetahuan terminologi
dan pengetahuan tentang rincian spesifik dan unsur.
2. Pengetahuan konseptual (Conceptual
Knowledge)
Yaitu
hubungan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar yang
memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. Diantaranya: Pengetahuan
tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan
generalisasi, Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
3. Pengetahuan Prosedural (Procedural
Knowledge)
Yaitu
bagaimana melakukan sesuatu atau penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan
keterampilan, teknik, dan metode. Diantaranya: Pengetahuan tentang
subyek-keterampilan khusus, pengetahuan subjek-teknik khusus dan metode,
pengetahuan kriteria untuk menentukan ketika untuk menggunakan prosedur yang
tepat.
4. Pengetahuan metakognitif
(Metacognitive Knowledge)
Yaitu
pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi
sendiri. Diantaranya: Pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas
kognitif, termasuk sesuai kontekstual dan kondisi pengetahuan,
Pengetahuan dir
BAB V
KIAT GURU MATEMATIKA
5.1. Melihat Masa Depan
Tugas pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi
bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari
sebagai khalifah Allah di bumi. Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya
mengembangkan potensi (fitrah) sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam diri
anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran sebuah
pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman berguna bagi hidupnya. Dengan demikian
pendidikan yang pada hakekatnya adalah untuk memanusiawikan manusia memiliki
arti penting bagi kehidupan anak. Hanya pendidikan yang efektif yang mampu
meningkatkan kualitas hidup dan mengantarkan anak survive dalam hidupnya.
Secara umum guru berarti orang yang dapat menjadi anutan
serta menjadikan jalan yang baik demi kemajuan. Sejak berlakunya kurikulum
1995, pengertian guru mengalami penyempurnaan, menurut kurikulum 1995 ialah
“Guru adalah perencana dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan”. Guru adalah pihak utama yang langsung
berhubungan dengan anak dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak
terlepas dari keberadaan kurikulum.
Peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, selain sebagai nara sumber guru juga merupakan pembimbing dan
pengayom bagi para murid yang ada dalam suatu kelompok belajar. hal tersebut
sesuai dengan ungkapan T. Rustandy (1996 : 71) yang mengatakan bahwa : Guru
memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran, memiliki karakter dan
kepribadian masing-masing yang tercermin dalam tingkah laku pada waktu
pelaksanaan proses pembelajaran. Pola tingkah laku guru dalam proses
pembelajaran biasanya ditiru oleh siswa dalam perjalanan hidup sehari-hari,
baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat, karena setiap siswa mempunyai
keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Keragaman kecakapan dan
kepribadian ini mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses
pembelajaran.
5.2. Meningkatkan Kemampuan Diri
Guru
Meningkatkan kemampuan Guru matematika adalah terbentuknya
kemampuan bernalar pada diri Guru yang tercermin melalui kemampuan berpikir
kritis, logis, sistematis dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun
dalam kehidupan sehari-hari.
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mampu mengembangkan
berbagai metode dan strategi pembelajaran matematika serta dapat
mengkombinasikan beberapa metode mengajar. Karena pada hakikatnya mengajar
adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, cara
berpikir, saran untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar. Sehingga
hasil akhir dari suatu proses pembelajaran adalah tumbuhnya kemampuan siswa
yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif di masa yang akan
datang. Jadi proses pembelajaran tidak hanya memiliki makna deskriptif dan
kekinian, tetapi bermakna prospektif dan berorientasi ke masa depan.
Unsur yang paling penting dalam mengajar adalah merangsang
serta mengarahkan siswa untuk belajar dalam berbagai macam cara yang mengarahkan
pada tujuan. Akan tetapi, apapun subjeknya mengajar pada hakekatnya bukan hanya
sekedar menolong siswa untuk memperoleh pengetahuan tingkah lakunya. Cara
mengajar guru merupakan kunci bagi siswa untuk belajar dengan baik.
Untuk
mencapai proses mengajar yang efektif dan efesien, tidak hanya di capai dengan
metode yang bersifat “teacher center” atau pengajaran satu arah yang berpusat
pada guru. Pembelajaran yang dilakukan seperti ini mengakibatkan siswa menjadi
malas dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran. Salah satu penyebab kurang
berpartisipasinya siswa dalam pembelajaran matematika di kelas adalah
pendekatan yang kurang tepat yang digunakan oleh guru dalam mengajar.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mancari suatu
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat melibatkan siswa aktif,
berkualitas dan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
5.3. Strategi, Pendekatan, Metode
dan Teknik
A. Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dilihat
dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula,
yaitu:
1) exposition-discovery learning
2) group-individual learning
Newman dan
Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
•
Mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus
dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
•
Mempertimbangkan dan memilih jalan
pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
•
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan
sasaran.
•
Mempertimbangkan dan menetapkan
tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai
taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita
terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
•
Menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi
peserta didik.
•
Mempertimbangkan dan memilih sistem
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
•
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
•
Menetapkan norma-norma dan batas
minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
B. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
(approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
Pendekatan yang bersifat metodelogik, berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi
konsep yang disajikan ke dalam struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara
guru menyajikan bahan tersebut. (2) Pedekatan material adalah pendekatan
pembelajaran matematika dimana dalam menyajikan konsep matematika melalui
konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa.
C. Metode Pembelajaran
Metode
Pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah; Tanya jawab; diskusi; belajar
kooperatif; demonstrasi; ekspositori; penugasan; experimen; dan sebagainya.
1. Metode
ceramah
Metode
ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Dalam hal ini
siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar
informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu.
2. Metode
tanya jawab
Metode
tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok
pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan.
3. Metode
diskusi
Metode
diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dengan metode
diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi
terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan
menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka
akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode
belajar kooperatif
Dalam
metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan
yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari
materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
5. Metode
demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses
kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat –
alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, dan lain – lain.
6. Metode
ekspositori atau pameran
Metode
ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi
atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk
membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
7. Metode
penugasan
Metode ini
berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih
banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan
mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi
mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
8. Metode
eksperimen
Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan
melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada
hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
IV. Teknik Pembelajaran
Teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
TANTANGAN
PENDIDIKAN GURU
6.1. Matematikawan dan Pendidikan Matematika
Matematikawan
adalah seseorang yang bidang studi dan penelitiannya dalam bidang matematika.Istilah
ini juga ditujukan kepada orang yang ahli ilmu Matematika.
Matematikawan :
1.Muhammad
bin Musa al-Khawarizmi (780 - 850 M)
Beliau telah banyak menemukan teori
dalam matematika.Al-Khawarizmi populer dengan sebutan Bapak Aljabar.Teori
aljabar beliau tulis dalam kitabnya yang berjudul "Hisab Al-Jabr wal
Muqabalah"atau buku tentang perhitungan, restorasi, dan pengurangan.Selain
aljabar dan algoritma, persamaan kuadrat dan fungsi sinus adalah
karyanya.Al-Kawarizmi juga dikenal sebagai seorang astronom dan ahli
geografi.Beliau juga merupakan penemu angka nol yang kita kenal sekarang.
2.Rene Descartes (1596 - 1650)
Rene Descartes dikenal sebagai ahli
filsafat modern pertama.Ia juga ahli fisika dan matematikawan. Descartes lahir
di La Haye, Tourine, Perancis, tanggal 31 Maret 1596.Descartes, putra seorang
ahli hukum yang lumayan kekayaannya.pada umur 20 tahun, ia mendapat gelar
sarjanahukum (seorang sarjana hukum yang juga ahli matematika). Beliau
menetapkan lokasi titik D pada bidang Cartesius adalah pada koordinatnya (x,y).
Descartes menyelidiki suatu metode berpikir yang umum.Metode itu memberikan pertalian pada pengetahuan dan menuju kebenaran dalam ilmu-ilmu.karya matematikanya adalah La Geometrie, perkalian Cartesius atau produk Cartesius. Produk cartesius adalah himpunan semua pasangan berurut (x,y) dengan x anggota bilangan asli dan y anggota bilangan real.
Descartes menyelidiki suatu metode berpikir yang umum.Metode itu memberikan pertalian pada pengetahuan dan menuju kebenaran dalam ilmu-ilmu.karya matematikanya adalah La Geometrie, perkalian Cartesius atau produk Cartesius. Produk cartesius adalah himpunan semua pasangan berurut (x,y) dengan x anggota bilangan asli dan y anggota bilangan real.
Pada penelitian matematika secara umum tidak melakukan
eksperimen. Di matematika, kebenaran diturunkan dari kebenaran lain yang telah
diketahui sebelumnya. Kalaupun eksperimen dengan komputer
dan data numeris terlibat, hasil akhir yang diharapkan adalah pembuktian teorema.Perhitungan
bukanlah bagian besar dari penelitian matematika, dan matematikawan tidak perlu
memiliki kemampuan hebat dalam menjumlahkan atau mengalikan angka.Lihat kalkulator mental
tentang orang-orang yang hebat dalam melakukan perhitungan dalam
kepalanya.Sebagian orang percaya bahwa matematika telah dimengerti secara
keseluruhan, padahal masih banyak masalah yang belum terpecahkan.Penelitian di
berbagai bidang matematika terus berlangsung, dan penemuan baru di matematika
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.Banyak
jurnal yang memang khusus untuk matematika dan banyak juga mengenai subjek yang
mengaplikasikan matematika (misalnya ilmu komputer teoritis
dan fisika teoritis).
6.2.
Pendidikan Matematika
Kualitas pendidikan matematika dapat
ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan persoalan yang dihadapi, di
antaranya, selain kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan
dasar minimal, adalah penerapan strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan
sikap kreatif, demokratis dan mandiri yang disesuaikan dengan kebutuhan
prediksi pembelajaran masa kini dan mendatang. Pembenahan yang dianggap sangat
mendesak, pertama, mengubah pembelajaran dari siswa belajar pasif ke belajar
aktif.Meskipun hampir semua guru menyadari bahwa dalam pembelajaran, harus
melibatkan siswa secara aktif, namun pada kenyataannya sering terjadi
miskonsepsi, yaitu aktif berdasarkan pisik semata.Yang seharusnya, guru
merancang pembelajaran yang menantang siswa untuk lebih aktif berpartisipasi,
terlibat dalam diskusi dan penjelasan ide-ide, membuat dan memecahkan masalah
secara kolaborasi untuk sampai pada pemahaman materi yang dipelajari.
Peningkatan kualitas pendidikan
matematika dimasa depan merupakan hal yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meskipun belum ada acuan, berbagai isu mengarah pada perlunya peningkatan
kualitas pendidikan matematika di Indonesia. Dari sebuah artikel (AGMI, 2008)
diungkapkan bahwa: data UNESCO menunjukkan peringkat matematika Indonesia
berada di deretan 34 dari 38 negara; Berdasarkan penelitian (PISA 2001),
Indonesia menempati peringkat 9 dari 41 negara pada katagori literatur
matematika; Sedangkan informasi dari majelis guru besar (MGB) ITB pada 16
Januari 2008, menyatakan bahwa peringkat Indonesia berada di bawah Malaysia dan
Singapura.
Pernyataan tersebut, menunjukkan
bahwa kualitas pendidikan matematika di Indonesia masih perlu
ditingkatkan.Selanjutnya, rendahnya peringkat prestasi matematika Indonesia
dibandingkan Malaysia dan Singapura, juga ikut menjadi pembenaran bahwa masih
perlunya pembenahan diberbagai komponen yang terkait dengan pembelajaran
matematika.Berdasarkan data tersebut, skor yang diperoleh Indonesia (411), jauh
lebih rendah dibandingkan Malaysia (508) ataupun Singapura (605).Bahkan
berdasarkan data pada TIMMS (1999), skor Indonesia berada di bawah rata-rata
skor Internasional (467).
Salah satu hambatan dalam
peningkatkan kualitas pendidikan matematika, di antaranya adalah mitos yang
telah melekat pada sebagian besar bangsa Indonesia. Matematika selama ini
sering diasumsikan dengan berbagai hal yang berkonotasi negatif, dari mulai
matematika sebagai ilmu yang sangat sukar, ilmu hafalan tentang rumus,
berhubungan dengan kecepatan hitung, ilmu abstrak yang tidak berhubungan dengan
realita, sampai pada ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif. Semakin
lengkap pula ketika mitos-mitos ini disertai dengan sikap guru matematika yang
dalam menyampaikan pelajaranya, galak, tidak menarik, bahkan cenderung
menciptakan rasa takut dan tegang pada anak.Situasi semacam ini semakin
menjauhkan rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari matematika.Apa lagi jika
siswa tersebut merasa dirinya memilikii kemampuan berfikir yang kurang
dibandingkan teman-temannya.
Kedua, mengubah pembelajaran dari
pandangan transmisi menjadi pandangan koneksi.Metode mengajar tradisional,
disebut sebagai pendekatan transmisi, karena menekankan pada pemberian
penjelasan yang diakhiri dengan mengecek ataupun mengoreksi kesalahan-kesalahan
siswa.Sedangkan pandangan koneksi menekankan koneksi berbagai ide-ide
matematika.Terdapat tiga perbedaan pandangan mendasar dalam pembelajaran.
Pertama, yang semula memandang matematika hanya sebagai pengetahuan dan prosedur
yang harus diajarkan, menjadi suatu keterkaitan ide-ide dan proses melakukan
penalaran. Kedua, belajar yang semula dipandang sebagai aktivitas individu
untuk menguasai prosedur melalui penjelasan guru, menjadi aktivitas
berkolaborasi untuk memperoleh pemahaman dengan usaha sendiri. Ketiga, mengajar
yang semula berupa penyampaian kurikulum secara terstruktur, menjelaskan
materi, dan mengoreksi kekliruan siswa, menjadi menggali pengetahuan melalui
dialog, menyajikan permasalahan tanpa diawali dengan penjelasan atau contoh,
dan ketidakpahaman siswa dijadikan titik awal untuk pembenaran pengetahuan yang
perlu dipahami siswa.
C.
Pendidikan Guru Matematika
Menjadi seorang guru matematika yang profesional harus
menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yaitu matematika.
Penguasaan subtansi keilmuan ini memiliki beberapa indikator yaitu memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan
konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika yang berkualitas tentunya membutuhkan
sosok seorang guru profesional dalam semua aspek, baik keilmuan maupun sikap
dan prilaku. Guru matematika yang profesional diharapkan dapat melahirkan sosok
guru ideal sehingga mampu membimbing peserta didik agar dapat mencapai
tujuan-tujuan dalam mempelajari matematika. Identifikasi guru matematika yang
profesional yaitu guru matematika yang memiliki kompetensi profesional dalam
berbagai aspek, diantaranya pengetahuan dan pendidikan matematika, perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran, profesi kependidikan matematika dan stabilitas
pribadi.
BAB VII
TANTANGAN
PENDIDIKAN GURU MATEMATIKA DIMALUKU
7.1. Tantang dan hambatan guru matematika di Maluku
Bagi orang-orang yang berkompeten
terhadap bidang pendidikanakan menyadari bahwa
dunia pendidikan kita sampai saat ini masih
mengalami “sakit”. Dunia pendidikan yang
“sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang
seharusnya membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya
seringkali tidak begitu.Seringkali pendidikan
tidak memanusiakan manusia.Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Tantangan dan hambatan guru
matematika khususnya di bagian timur atau Maluku bagaiman guru dapat
memodifikasi metode dan model pembelajaran bagi peserta didik agar telihat
menarik khusunya dalam pembelajaran matematika, dimana dalam pembelajaran yang
dapat kita lihat didalam kelas siswa akan cepat
merasa bosan apa bila pembelajaran matematika yang dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah, tanpa mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk itu bagaimana seorang guru dapat membuat metode pembelajaran yang menarik
dan dapat mengaktifkan siswa.
Guru dituntut lebih kreatif dalam
membuat suatu model pembelajaran, apalagi kita tahu bahwa siswa dengan
mendengar “Mata Pelajaran Matematika” saja
siswa sudah mulai merasa jenuh dan berfikir mata pelajaran yang membosankan dan
membuat ngantuk, untuk itu guru dituntut agar lebih kreatif dalam membuat
pendekatan pembelajaran didalam kelas agar tidak terjadi hal seperti itu.
7.2.
Solusi untuk meningkatkan kualitas
guru dan peserta didik.
Setiap kali kita berada pada masa akhir tahun ajaran sekolah
perhatian masyarakat akan tertuju kepada betapa rendahnya kualitas pendidikan
sekolah menengah yang ditunjukkan dengan rendahnya hasil nilai ebtanas murni (NEM).
Rendahnya skor di atas akan senantiasa dikaitkan dengan rendahnya mutu guru dan
rendahnya kualitas pendidikan guru. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kualitas pendidikan sasaran sentral yang dibenahi adalah kualitas guru dan
kualitas pendidikan guru.
Ada tiga kegiatan penting yang
diperlukan oleh guru untuk bisa meningkatkan kualitasnya sehingga bisa terus
menanjak pangkatnya sampai jenjang kepangkatan tertinggi.Pertama para guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan
berinteraksi dengan peserta didik.Tukar pikiran tersebut bisa dilaksanakan
dalam perternuan guru sejenis di sanggar kerja guru, ataupun dalam
seminar-seminar yang berkaitan dengan hal itu.Kegiatan ilmiah ini hendaknya
selalu mengangkat topik pembicaraan yang bersifat aplikatif. Artinya, hasil
pertemuan bisa digunakan secara langsung untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar. Hanya perlu dicatat, dalam kegiatan ilmiah semacam itu
hendaknya faktor-faktor yang bersifat struktural administrative harus
disingkirkan jauh-jauh.Misalnya, tidak perlu yang memimpin pertemuan harus
kepala sekolah.
Kedua,
akan lebih baik kalau apa yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah
yang dihadiri para guru adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh
para guru sendiri. Dengan demikian guru harus melakukan penelitian.Untuk ini
perlulah anggapan sementara ini bahwa penelitian hanya dapat dilakukan oleh
para akademisi yang bekerja di perguruan tinggi atau oleh para peneliti di
lembaga-lembaga penelitian harus dibuang jauh-jauh. Justru sekarang ini perlu
diyakini pada semua fihak bahwa hasil-hasil penelitian-penelitian tentang apa
yang terjadi di kelas dan di sekolah yang dilakukan oleh para guru adalah
sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab para gurulah yang
nyata-nyata memahami dan manghayati apa yang terjadi di sekolah, khususnya di
kelas.
Masih terlalu banyak masalah-masalah yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar di kelas yang sampai saat ini belum terpecahkan
dan perlu untuk dipecahkan. Misalnya, langkah-langkah apa harus dilaksanakan
untuk menghadapi murid yang malas atau mempunyai jati diri yang rendah atau
pemalu di kelas. Bagaimana mendorong peserta didik agar mempunyai motivasi
untuk membaca. Bagaimana cara menanggulangi peserta didik yang senantiasa
mengganggu temannya. Masalah-masalah di atas jarang diteliti, kalaupun pernah
diteliti maka pendekatannya terlalu teoritis akademis sehingga tidak dapat
diterapkan dalam praktek proses belajar mengajar sesungguhnya.
Ketiga,
guru harus membiasakan diri untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang
dilakukan, khususnya lewat media cetak. Untuk itu tidak ada alternatif lain
bagi guru meningkatkan kemampuan dalam menulis laporan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA